-->
News

Mitos Terjadinya Danau Toba dari Letusan Super Vulkanik Gunung Berapi

Admin

 

Sumatera Utara // MSN,

Danau Toba terbentuk oleh bencana terdahsyat di bumi. Namun, foklore atau cerita rakyat Batak mengisahkan lain, bahwa Danau Toba terjadi karena ingkar dari sumpah. Konon ceritanya, bahwa ada pemuda yang miskin memancing di sungai. Tiba-tiba dia mengail seekor ikan besar. Sebentar saja ikan itu berubah wujud jadi gadis cantik, dan bicara. "Bawalah aku ke rumahmu dan jadikan saya istri. Tetapi, engkau harus bersumpah, bahwa nanti kalau kita sudah punya anak, jangan sekali-kali sebut dia anak ikan, kalau kau marah," demikian suara dari perempuan. Ini pun disanggupinya. 

Namun, setelah mereka punya anak, si lelaki sebutkan namanya Toba, marah kepada anaknya karena dihabiskan makan siangnya sebagai petani. Terucap lah, "Dasar anak ikan." Tetapi tiba-tiba alam berduka, suara petir menggelegar dan hujan lebat turun. Terjadi banjir bandang. Ikan jadi Danau, sementara anaknya berubah membentuk pulau, Samosir. 

Itu mitologi di tanah Batak. Tentu "turiturian" ini dicipta saat manusia Batak saat mulai mendiami kawasan Danau Toba. Versi Toba turun dari kayangan di Pusuk Buhit. 

Ternyata, lebih dahsyat temuan oleh ilmuwan dari sudut ilmu pengetahuan menemukan bahwa terbentuk dari letusan super vulkanik Gunung Toba terbesar dalam 2 juta tahun terakhir, sekitar 74.000 tahun yang lalu. Jadi, letusan supervolcano dengan skala Volcanic Explosivity Index (VEI) 8, tingkat tertinggi dalam skala letusan gunung berapi.

Adalah C.A. Chesner dan J.A. Westgate dua peneliti yang telah banyak menulis tentang kejadian vulkanik Danau Toba. Mereka melakukan penelitian tentang sejarah letusan gunung berapi Toba yang membentuk kaldera raksasa dan kemudian menjadi Danau Toba. Hasil penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Geology dan berfokus pada sejarah letusan dan dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Penelitian mereka memberikan kontribusi penting dalam memahami sejarah geologi Danau Toba dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Gunung Toba menciptakan kaldera raksasa yang kini menjadi Danau Toba. Letusan ini begitu dahsyat sehingga menyebarkan abu vulkanik hingga sejauh 9.000 km, mencapai selatan Afrika.

Letusan ini menyebabkan pendinginan global antara 3 hingga 15 derajat Celsius, memicu "volcanic winter" yang berlangsung selama beberapa tahun. Beberapa ilmuwan berteori bahwa letusan ini menyebabkan populasi manusia purba punah, yang mempengaruhi keragaman genetik manusia modern. Namun, teori ini masih menjadi perdebatan sampai sekarang.

Kemudian, letusan Gunung Toba menciptakan kaldera besar yang kemudian terisi air, membentuk Danau Toba, danau vulkanik terbesar di dunia. Danau Toba memiliki ekosistem unik dengan spesies ikan endemik dan vegetasi hutan hujan tropis yang lebat. Dan, Danau Toba juga merupakan pusat budaya masyarakat Batak, dengan keindahan alam dan sejarah geologis yang kaya.

Akibat letusan Gunung Toba diperkirakan 100 kali lebih kuat daripada letusan Gunung Tambora pada tahun 1815, yang menyebabkan "Tahun Tanpa Musim Panas" di Eropa dan Amerika Utara. Letusan ini juga diperkirakan seribu kali lebih kuat daripada letusan Gunung St. Helens di Amerika Serikat pada tahun 1980. 

Letusan ini menyebabkan, perubahan iklim global yang dramatis, termasuk pendinginan suhu bumi hingga 5-15°C lebih dingin dari biasanya. Abu vulkanik dari letusan ini ditemukan di India, Samudera Hindia, Timur Tengah, hingga Afrika Timur, menunjukkan betapa luasnya dampak letusan ini.

Selain itu, letusan ini juga diperkirakan menyebabkan penurunan drastis populasi manusia purba, sehingga hampir menghapus peradaban di masa itu. Letusan Gunung Toba memang sangat dahsyat dan memiliki dampak yang luar biasa besar, baik secara lokal maupun global. Durasi letusannya diperkirakan berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu penuh, menyebabkan kerusakan parah di sekitar area letusan.

Sebagian besar wilayah tengah Pulau Sumatera terkena dampak letusan, dengan abu vulkanik yang menutupi area seluas ratusan kilometer. Abu vulkanik dari letusan Gunung Toba ditemukan di India, Samudera Hindia, dan bahkan Afrika Timur, menunjukkan betapa luasnya dampak letusan ini.

Letusan Gunung Toba memang jauh lebih dahsyat daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II. Sementara bom atom memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa, letusan Gunung Toba memiliki dampak yang jauh lebih besar dan lebih luas, baik secara geografis maupun temporal.

Selama letusan, supervulkan Toba melepaskan gas asam sulfat ke udara, yang menyebabkan perubahan iklim global. Gas-gas berbahaya ini menyebar ke atmosfer dalam jangka waktu lama dan akhirnya terperangkap di stratosfer, menghalangi sinar matahari dari mencapai permukaan Bumi. Hal ini menyebabkan suhu Bumi menurun drastis, memicu "musim dingin vulkanik" yang berlangsung selama beberapa tahun. Dampak dari letusan ini sangat signifikan, tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada populasi manusia dan hewan di sekitar area letusan serta secara global.

Sementara itu, di sisi lain Bumi, terjadi fenomena "musim dingin vulkanik" yang berlangsung selama sekitar 10 tahun. Abu vulkanik juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat besar. Akibatnya, masyarakat mengalami kekurangan pangan dan tanaman pertanian rusak, yang berujung pada kelaparan massal, kematian manusia dalam jumlah besar, dan dampak lingkungan yang parah. Situasi ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak letusan supervulkan terhadap kehidupan di Bumi.

Banyak dari mereka yang selamat kemudian bermigrasi ke bagian lain planet ini untuk mencari tempat yang lebih aman dan dapat mendukung kehidupan mereka. Migrasi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perubahan iklim dan kondisi lingkungan yang ekstrem pasca-letusan. Teori ini memberikan gambaran tentang betapa pentingnya adaptasi dan mobilitas manusia purba dalam menghadapi bencana alam besar.

Mencari makanan dan tempat berteduh di rumah baru mereka. Bentang alamnya bahkan, tidak tampak seperti gunung berapi. Saat letusan terjadi, Gunung Toba melepaskan sejumlah besar material yang membuat ruang magma kosong sebelum dapat diisi ulang lagi secara alami dalam jangka waktu yang lama. Karena itu, Gunung Toba tak lagi aktif sebagai gunung berapi yang dapat meletus dengan skala besar seperti sebelumnya. Namun, tapak letusan dan kaldera yang terbentuk kini menjadi Danau Toba, salah satu danau vulkanik terbesar di dunia, yang menjadi bukti sejarah kekuatan alam yang luar biasa ini. 

Namun, apakah Gunung Toba akan kembali meletus dengan kekuatan yang sama? Masih menjadi topik penelitian dan perdebatan di kalangan ilmuwan. Proses ini menunjukkan kompleksitas sistem vulkanik dan tantangan dalam memprediksi aktivitas vulkanik di masa depan. Ada juga teori yang menyebut, bahwa saluran magma  Gunung Toba beranak di Gunung Sinabung. 

Di masa sekarang kita menikmati keindahannya. Pasca letusan itu dasar danau menyatu dengan permukaan dan membentuk pulau baru. Pulau di atas pulau lain. Setelah peristiwa letusan Gunung Toba yang dahsyat, kehidupan baru perlahan-lahan muncul kembali. Proses alam yang panjang dan kompleks memungkinkan ekosistem untuk pulih dan berkembang. 

Danau Toba yang terbentuk dari kaldera Gunung Toba kini menjadi salah satu contoh keindahan alam yang luar biasa dari Pencipta, dengan keanekaragaman hayati dan pemandangan alam yang memukau. Ini menunjukkan bagaimana alam memiliki kemampuan untuk memulihkan diri dan menciptakan keindahan baru setelah bencana besar.(PJS)

Share:
Komentar

Berita Terkini